Sabtu, 16 Desember 2017

SOFTSKILL (NPL)

Chernobyl

Kecelakaan nuklir Chernobyl itu sejajar dengan kasus lumpur panas sumur Banjar Panji-1 di Porong Sidoarjo. Yakni sama2 berangkat dari tujuan baik (pada Chernobyl berpangkal dari eksperimen pembangkitan daya darurat, pada Banjar Panji-1 untuk mencari migas), namun dilaksanakan tanpa mematuhi prosedur standar. Akhirnya terjadilah bencana. Andaikata dua operator reaktor unit 4 PLTN Chernobyl tidak nekat melanjutkan eksperimennya pada 26 April 1986 lepas tengah malam, barangkali tragedi takkan pernah terjadi. Namun tragedi itu juga membuka mata dunia akan persoalan cacat desain reaktor dan manajemen pembangkit yang “ajaib” di eks-Uni Soviet.

Senin, 16 Oktober 2017

TUGAS INOVASI SI & New Technology

1) 3 buah inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan kalian

   -Traveloka
    
    Sebuah Applikasi Tiket Perjalanan Mancanegara maupun domestik yang memudahkan kita untuk membooking tiket pesawat,hotel secara mendadak melalui applikasi berbasis android  maupun ios dengan mudah dan dapat dipahami.
dan applikasi ini membantu dunia  dalam menghadapi globalwarming sebab traveloka tidak memerlukan lagi kertas untuk mengeprint karena e-tiket sudah tersimpan otomatis dalam applikasi traveloka sehingga anda cukup menunjukkannya saat check in dibandara/hotel,mudah bukan?:)

 -Agricultural Drones

Merupakan semacam pesawat remote control kecil tanpa awak,dengan biaya yang cukup murah,Agricultural Drones memiliki kemampuan pencitraan dan sensor yang canggih sehingga dapat memberikan cara terbaru bagi petani untuk dapat meningkatkan hasil panen pertanian dan mengurangi kerusakan hasil panen petani seperti hama.


  -UltraPrivate Smartphone

Merupakan telepon selular untuk kalangan kaum muda yang dapat menjaga informasi pribadi,sehingga kita dapat menyimpan dokumen dan file secara aman sehingga orang yang tidak kita kenal tidak akan bisa membukanya dengan mudah.

2) 3 buah game yang saya anggap berhasil 


  -Super Mario Bross

Game satu ini adalah yang terbaik di tahun 1983 yang sukses dirilis oleh Namco yang digemari semua kalangan dari anak kecil sampai kalangan dewasa seorang tukang ledeng berkumis tebal berbaju merah dengan huruf m di topinya.
Mario adalah karakter fiksi yang diciptakan oleh shigeru miyamoto menjadi maskot nintendo dalam perjalanan puzzle,balapan,permainan perang,fighting,dan olahraga.sehingga dapat dimainkan semua umur (all age).

 -Crash Tag team Racing

Game yang dirilis tahun 2000an ini sukses membuat dunia game heboh dengan tokoh crash bandicoot yang dibuat oleh Sony Computer Entertainment,yang diproduksi oleh Universal Studios interaktif dan dikembangkan oleh Naughty Dog Untuk Playstation.Game berserial balapan ini yang mudah dimainkan oleh semua umur.dan tokoh utama pemain ini crash bandicoot dan temannya seperti DR Neo Cortex.

-LittleNightmare

Game yang sukses dirilis oleh Bandai Namco dan Tasier studio.
LittleNightmares juga tidak mempresentasikan cerita utama secara eksplisit,layaknya game-game modern pada umumnya.Bahwa tak seperti game yang biasanya memulai awal gameplay dengan membangun latar belakang cerita dan karakter dan sejenisnya ,Anda akan disuguhi langsung dengan kontrol langsung anak perempuan dengan berjas hujan kuningnya yang terlihat begitu cerah dan terang apalagi didunia tengah yang gelap dan kelam.
dan anak perempuan itu anda mainkan sendiri secara langsung dan ia bernama six  untuk keluar dari the maw,the maw adalah sebuah dunia berbentuk dengan berbagai manusia aneh seperti monster secara bentuk bergaris lurus merah.dan six harus keluar dari the maw dengan selamat.
selamat mencoba dengan permainan yang satu ini :)

Senin, 16 Januari 2017

Sepotong Siang

“Suara berat khas lelaki menyadarkan aku bahwa aku masih berada di indomaret dan tidak sedang tertidur di kasur empukku.”
Suara tuts keyboard menggema dari komputer di hadapanku. Aku sekarang bukan sedang di hadapan laptopku seperti biasanya, melainkan di depan meja kasir indomaret dan sedang membayar pulsa elektronik. Setelah menyerahkan beberapa lembar uang kertas, aku lantas beranjak ke lemari pendingin berniat mengambil air kelapa kemasan langsung minum yang menjadi favoritku. Setelah melewati deretan rak-rak berisi alat perlengkapan mandi, snack dan bumbu-bumbu dapur, aku kini berdiri di hadapan lemari segi empat berembun yang menjulang, tiba-tiba… “Bruuk..” aku terjatuh bersamaan dengan anak kecil dalam dekapanku. Kalau saja aku dalam kondisi siap mungkin hal tersebut bisa aku hindari, tapi sayangnya anak kecil berbadan tambun itu justru membuatku hilang keseimbangan.

Sandiwara Agustus

Pada sore hari terdengar langkah kaki yang menuju ke kamarku, pelan-pelan langkah kaki itu semakin dekat. Saat aku membuka mata, Ibu sudah ada di depan mataku. Aku menatap Ibu tanpa berkedip, kami saling diam, akhirnya Ibu memulai pembicaraan.
“Anakku, apakah keputusanmu sudah kau pikirkan terlebih dahulu?” tanya Ibu, sambil mengelus lembut rambutku.
“Ibu, aku sudah memikirkan sebelum aku mengambil keputusan ini,” Ibu hanya terdiam dan tidak ada lagi pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.
Dengan rasa putus asa Ibu pergi meninggalkan kamarku, aku takut mengecewakan hati Ibu, karena Ibu tidak ingin aku jauh dari mereka. Namun dengan tekad yang bulat, aku bisa meyakinkan Ibu dan Ayah.

Wol, Nama, Bintang

Bel tanda pulang sudah berbunyi dari arah speaker kelas. Ini bagaikan surga dari nerakanya hari ini. Dimana semua mata pelajaran dihinggapi UTS yang menguras energi dan memusingkan kepala. Ya, aku harus mengakuinya ini SMA berbeda sekali dengan SD yang bisa saja menganggap remeh ulangan, UTS atau ujian semester sekalipun dan tak terlalu diomel ibu jika nilai ulangan rendah. Tapi nyatanya, inilah aku sekarang siswa kelas tiga SMA yang sedang dipusingkan oleh ujian-ujian yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Kulambaikan tangan kananku ke arah angkot kuning yang melintas. Satu-dua angkot mengabaikanku, entah karena penumpang sudah penuh atau memang tak menghiraukanku yang sejak tadi berdiri di sisi persimpangan ini, entahlah aku tak mengerti. Sabar timpalku dalam hati. Kulambaikan tanganku untuk yang ketiga kalinya dan akhirnya satu angkot pun menepi.

Dare to Have Friend

Suara buku tersibak mendominasi ruangan. Bahkan, suara langkah kaki orang-orang di luar tak bisa kudengar. Pikiranku benar-benar terfokus pada dunia lain, dunia di dalam buku. Sampai bunyi lonceng di atas pintu membuyarkan pikiranku.
“Maaf, aku butuh roti tawa polos 1, roti isi selai stroberi 1, dan isi selai srikaya 1.” Seorang laki-laki yang usianya tampak lebih tua beberapa tahun dariku bicara tanpa menatapku, tetapi menatap kertas kecil yang kuduga adalah daftar belanja.
Aku tertegun sejenak, lalu menyadari bahwa tugasku sekarang adalah mengambilkan barang permintaannya. Secepat angin aku bergerak ke rak-rak kaca transparan tempat roti-roti toko kami dipajang. Setelah selesai aku membungkusnya dalam plastik dan menyerahkan padanya.

Cowok Misterius Di Kereta Api

Baru kali ini aku naik kereta api di umurku yang sudah beranjak tujuh belas tahun. Aku memang anak rumahan yang jarang pergi kemana-mana. Kali ini pun aku terpaksa naik kereta api. Aku sedang dalam kereta ekonomi menuju Pekalongan. Kereta ini sungguh ramai, karena bertepatan juga dengan para pemudik. Jadilah aku berdiri. Aku berdiri tepat di pinggir perbatasan gerbong. Di sebelahku ada pintu pembatas gerbong yang bergerak-gerak karena guncangan kereta. Aku menikmati saja perjalanan ini.
Di salah satu stasiun kereta, beberapa penumpang naik. Masuklah sosok yang menarik perhatianku saat pintu gerbong yang berjarak kira-kira lima meter dibuka. Pandanganku tersangkut pada cowok sepantaranku. Cowok terperfect yang pernah aku lihat, menurutku. Tampan dan berpostur keren. Rambut yang agak kriting entah diberi apa yang membuatnya semakin mempesona, matanya tajam

Akan Ada Pelangi Setelah Hujan

Namaku Nadira Naumi Putri, mama memanggilku dengan sebutan naumi. Dan aku tidak memiliki saudara di keluarga karena kebetulan aku adalah anak tunggal. Entah mengapa aku menyukai hujan bahkan benar-benar menyukainya dan selalu berharap hujan bisa turun setiap hari, setiap kali hujan datang aku selalu melihat di balik jendela kamar sambil mengingat seseorang yang pernah datang sesaat di kehidupanku.
Kejadian itu bermula ketika aku sedang menunggu mama untuk menjemputku sepulang sekolah, tiba-tiba hujan turun dengan deras, aku menggerutu kesal sambil cemberut menatap jalanan yang mulai diguyur rintik-rintik air yang begitu bening. Lalu seseorang laki-laki mendekatiku dengan tiba-tiba sambil menyodorkan tangannya, “nanthan”, ujarnya singkat, “naumi”, jawabku sambil tersenyum ketus. “Kamu kenapa cemberut?” “Aku kesal sama hujan, karena hujan mama telat jemput aku”.
Dengan tersenyum lucu nathan menatap wajah kesalku, “kamu harus tau naumi, hujan adalah bagian indah yang Tuhan berikan kepada kita agar kita tau rasanya bersyukur”. Aku terdiam sejenak sambil merenungkan apa yang barusan dikatakan oleh nathan. Lagi-lagi nathan tersenyum ke arahku sambil terus berbicara, dan terus melanjutkan pembicaraannya yang seolah-olah tiada habisnya.
Setelah hujan berhenti akan ada warna yang sangat indah menghiasi langit, dia adalah pelangi, nathan berkata kepadaku. Hujan pun berhenti, nathan menunjuk sesuatu ke arah langit, “kamu harus melihatnya!” Ujar nathan, aku pun segera melihat ke arah langit yang terdapat sebuah lengkungan berwarna yang begitu cantik. “Kamu tau naumi warna pelangi ada berapa?” “Ya, aku tau, pelangi memiliki tujuh warna yang berbeda”, nathan tertawa mendengarkan jawabanku, “aku salah ya?” Wajahku kembali cemberut, “tidak! Kamu tidak salah, tapi pelangi terdiri dari warna yang ada di seluruh dunia hanya saja mata kita kurang jeli membedakannya”. “Ouh begitu” aku mengangguk pelan ke arahnya.
“Aku harus pulang naumi, semoga kita bertemu lagi di hujan yang selanjutnya”, ujar nathan sambil berlalu pergi. Aku kebingungan dengan apa yang dikatakan nathan barusan, sosok yang baru aku temui hari ini.
Sejak saat itulah kenapa aku menyukai hujan, karena ketika hujan datang aku merasakan ada seseorang yang memperhatikanku di balik derasnya hujan dan aku yakin dia adalah nathan.

Bulan Gundah

“Mengapa aku harus memilih, sedang semuanya bukanlah pilihan bagiku.”
“Tapi kamu harus cepat-cepat menentukannya.”
“Aku tidak bisa.”
“Ini bukanlah tentang bisa atau tidak bisa, tapi ini tentang mau atau tidak mau.”
“Bukankah kau selalu mengatakan bahwa sesuatu yang dipaksakan tidak akan menghasilkan apa-apa.”
“Tapi ini baik bagimu.”
“Aku mengerti apa yang baik dan buruk bagi diriku sendiri.”
Temaram senja menyelimuti langit Surabaya kala perempuan duduk di dekat jendela dengan telepon genggam di telinganya.
“Kau seperti ayah, begitu keras kepala.”
“Apa salah bila aku memiliki pilihan sendiri.”
“Tentu akan lebih mudah bila kau memilih.”
“Aku takkan memilih, karena aku sudah memiliki pilihan dalam hidupku.”
“Aku tidak ingin mendengar jawabanmu sekarang, nanti malam kutelepon lagi. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”
Hening setelah itu. Hanya ada jingganya langit dan burung-burung yang beterbangan di dekat jendela kamar yang hendak pulang ke sarang, sedang Bulan masih memandangi telepon genggamnya. Bulan gundah dengan pilihan yang diberikan kakaknya. Pilihan sulit yang mesti dipilih, pilihan yang seperti menjelma menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan, mengular, tak berujung, dan menjadi benang kusut di kepalanya.
Di kamar, suasana sangat beku dan hanya ada suara jarum jam yang menari di angka delapan yang memenuhi ruangan itu. Lalu dering telepon genggam membuyarkan lamunan Bulan.
“Bagaimana, apakah kau sudah memutuskan. Jadi, mana yang akan kau pilih?”
“Aku sudah memilih. Pilihan yang sudah kuyakini kebenarannya.”
“Jadi?”
“Aku tetap ingin menjadi pengarang. Pilihanku tetap sastra, aku ingin mendalaminya.”
“Kau sudah gila ya? Apa salahnya dengan farmasi atau ekonomi. Kau akan sukses seperti mbak atau mas Arya kelak.”
“Aku tidak bisa disamakan dengan mas Arya atau mbak Windy. Aku ya Bulan bukan kalian berdua.”
“Kau tahu seorang pengarang tak harus lahir dari jurusan sastra. Kau lihat Asma Nadia, Tere liye, atau Raditya Dika. Mereka pengarang dan penulis yang hebat dan terkenal. Apakah mereka dari jurusan sastra? Tidak!”
“Aku bukanlah anak kecil, aku tahu itu.”
“Lalu mengapa kau begitu keras kepala?”
“Ini tentang passion.”
“Ini demi kebaikanmu, demi masa depanmu.”
“Ini jalan hidupku, jadi aku lebih tahu mana yang baik dan jalan mana yang mesti kutempuh. Dan bukankah masa depan tak ditentukan oleh jurusan mana yang kita pilih.”
“Baiklah, kau memang benar-benar mirip ayah, bertekad batu. Takkan mungkin bisa aku pecahkan.”
Hening kembali menyeruak. Hanya ada bunyi jarum jam yang menari di telinga Bulan dan ribuan kegundahan yang berterbangan di langit-langit kamarnya mirip burung tadi sore. Kamar bulan kembali beku, sebeku hidup bulan yang sendiri.

Beneran Dajavu

Pagi hari yang sangat dingin. Kurebahkan tubuhku di kasur yang empuk. Rasanya malas sekali unuk bergerak. Untuk menyapa mentari saja lewat jendela kamar rasanya sangat enggan. Aahhh aku hanya ingin menarik selimut tebal ini dan kembali ke alam mimpi.
Drrrttt drrttt. hpku bergetar sepertinya ada sms masuk. Haaahhh, mataku langsung membelalak seketika. Kaget dengan isi sms barusan yang mengatakan bahwa perkuliahan akan dimulai 5 menit lagi. Aku baru teringat hari ini ada jam tambahan mata kuliah psikologi.
Aku bergegas bangun dan hanya gosok gigi serta cuci muka. Waktunya tak cukup jika dipakai untuk mandi. Apalagi dosen psikologi terkenal sangat killer. Kuambil baju yang bisa langsung dipakai yang tak harus disetrika, rambut kukuncir kuda, tas selempang tangan langsung kusampirkan di lengan kiri, buku tebal psikologi kuambil dengan tergesa-gesa di rak buku dan sepatuku, aduuh sepatuku gak ada, di mana ini, waktu udah mepet sepatu ngilang sendiri, hanya ada sepatu sandalku yang model crocs, padahal jika masuk perkuliahan ini tak boleh menggunakan crocs. Aaahh tanpa pikir panjang, daripada aku terlambat, langsung saja kukenakan sepatu itu dan berlari menuju kampus.
Kulirik jam tanganku, waktu tinggal satu menit lagi. Kupercepat langkah kakiku. Tak berapa lama aku sudah sampai ke depan kelas. Tapi aneh kenapa kelas ini rasanya sangat sepi, tak terdengar adanya suara perkuliahan yang sedang berlangsung, karena kupikir aku sudah telat 2 menit. Kucoba ketuk pintu kelas itu tapi nggak ada jawaban. Kubuka pintu itu perlahan-lahan takut kalau-kalau sudah ada dosen psikologi tersebut.
“permisi…”. Ucapku sembari membuka pintu yang berwarna coklat tersebut. Kelas tersebut sangat gelap saat aku masuk ke dalamnya. Aku berpikir kenapa lampunya nggak dinyalain, dan kenapa sepertinya suasana sangat sepi. Tiba-tiba “braaaak” terdengar pintu yang ditutup dengan sangat keras sampai-sampai dindingnya ikut bergetar. Aku menggigil ketakutan. Kuraih hpku yang berada di dalam tas karena bergetar seperti ada sms yang masuk. Kubuka sms tersebut dan
“woiiii bangun woii… udah siang nih. Kamu nggak kuliah? Ini ada jam tambahan pak dirman loh perkuliahan psikologi”. Seru seseorang membangunkan dan menggoyang-nggoyangkan tubuhku. Aahhh kubuka mataku ternyata aku masih berada di kamar kos-kosan. Kuambil hp jadulku dan kulihat sudah jam 8.35. sedangkan perkuliahan akan dimulai pada jam 8.40. aku segera bergegas bangun dan kulihat teman yang tadi membangunkanku sudah rapi berpakain dan hendak berangkat.
“din kamu berangkat sekarang?” ucapku pada dinda, teman satu kamarku.
“ya iyalah rara sayang. Kamu nggak lihat tuh udah jam berapa, Aku berangkat duluan yah. Takut telat. Bye.” Ucapnya sembari meninggalkanku yang masih duduk di kasur. Aku segera tersadar dan menuju kamar mandi, kugosok gigi dan cuci muka, mengambil pakain yang tanpa harus disetrika, serta mengambil tas hingga memakai sepatu crocs. Kejadian ini seperti dalam mimpi. Dejavu. Teriakku dalam hati. Kejadian sampai di kampus persis seperti apa yang sudah kualami dalam mimpi. Dan “braakkk” terdengar suara pintu.
“rara lu ngapain bengong aja di situ. Katanya ada jam tambahan.” Ucap bintang, tetangga kamarku yang kebetulan lewat ke depan kamarku dan melihatku sedang melamun. Aku terbelalak kaget. “loh, bukanya aku udah di kampus yah?”. Tanyaku bingung. “di kampus apaan? Tadi si dinda udah berangkat duluan katanya lu lelet.” Jelasnya.
Aku menggaruk-nggaruk kepalaku yang tak gatal. Kulirik arloji pinkku dan sudah jam 09.30. what??? Aku kaget dan langsung terlonjak bangun dan berjalan mondar-mandir bingung.
“lu kenapa ra?” Tanya bintang dengan penasaran.
“ini bi liat jam Aku”. Jawabku sembari menunjukan arlojiku ke bintang.
“ea, arloji lu kenapa?”. Tanya bintang dengan menatap heran ke arahku. “aaaa… mati aku”. Teriakku histeris sambil memegang kepalaku dengan kedua tangan. “heiii sadar lu ra… lu kenapa tiba-tiba gitu? Lu kesurupan?”
“Aku telat bintang, perkuliahan udah dimulai, mana ini perkuliahan psikologi lagi, aduuuhhh”. Teriakku pada bintang, dan bintang menatapku heran serta menahan tawa dan tawa bintang meledak juga. “hahahhaha… lu kebanyakan ngelamun and ngekhayal nggak jelas, makanya jadi gitu.” Teriak bintang sembari berlalu ke luar kamar meninggalkanku yang lagi bingung dan menangis sedih.
Aku terduduk lemas di kasur, karena jika berangkat kulah sudah nggak memungkinkan, karena telat banyak, dan jika nggak masuk kuliah akan dapat 1 poin yang berdampak pada pengurangan nilai. aaaahhh.
Pesan buat pembaca semuanya, jangan suka mengkhayal yang nggak jelas, nanti jadinya kaya aku ini, nggak masuk kuliah gara-gara kebanyakan ngekhayal. Kita harus selalu memikirkan hal-hal yang nyata aja yaaahhh…

Krisis Identitas

Hari ini, dari mulai membuka mata pada pagi hari sampai tulisan ini dibuat pada pukul sebelas malam, perasaan gelisah bercampur dengan rasa sesal dalam hidup berkecamuk dalam diri ini. Paparan kronologisnya sudah dimulai sejak pagi hari.
Saat matahari terbit seolah semangat dan optimisme kembali terisi penuh. Kegiatan membersihkan rumah, mulai dari menyikat lantai kamar mandi, menguras bak mandi sampai membereskan kamar Ibu dan keponakan dilakukan dengan semangat yang menggebu. Beranjak sedikit siang setelah semua usai, aktifitas selanjutnya mandi, kegiatan ini juga masih kuisi dengan semangat yang cukup menggebu, karena rencana pendek yang sudah tergambar setelah aku mandi yaitu menyeduh dan menikmati kopi pagi ditemani sebungkus rok*k. Semangat menyeduh kopi dan menikmati setiap hisapan sebatang rok*k selalu muncul hanya di awal saja, sama seperti hari-hari sebelumnya. Ditengah dan akhir kedua kebiasaan yang selalu dilakukan bergantian tersebut, perenungan (kalau boleh disebut seperti itu) mulai mengganggu kenikmatan aktifitas itu. Seolah pikiran ini menuntut aku agar melakukan akttifitas tambahan lainya, entah apapun itu. Karena aku seorang jobseeker (kalau tidak mau dibilang pengangguran) maka dengan cepat kubuka situs lowongan kerja melalui handphone (HP).
Sebenarnya beberapa hari sebelumnya aku sudah mendapatkan kesempatan tes tulis di salah satu sekolah swasta berbasis agama Islam, yang surat lamaranya sudah aku masukan jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi aku sudah membiasakan diri untuk tidak menunggu atau berharap lebih terhadap sesuatu. Aku sudah sering dikecewakan dengan harapan yang berlebih. Dan seolah rasa pesimisme lebih dominan dalam diriku ketimbang rasa optimisme. Temanku sempat bertanya ketika aku mampir setelah melaksanakan tes tulis yang lokasinya tidak jauh dari tempat kos temanku. Dia bertanya “gimana de (panggilan akrabku) tesnya?” aku menjawab “ya begitulah, gak terlalu mengharap” kemudian temanku menjawab “loh kok pesimis gitu, berdoalah supaya tesnya bisa lolos” kujawab dengan senyum agak meledek “realistis aja”
Hari ini aku isi dengan penuh kelesuan setelah semua pekerjaan rumah aku kerjakan, seolah sudah semua hal aku telah lakukan. Kopi yang kubuat juga tidak aku habiskan dan masih tergeletak di depan meja monitor komputer. Dengan tubuh yang kurebahkan di kasur dan HP di genggaman aku mulai membuka situs lowongan kerja dan hasilnya seperti yang sudah aku duga. Sulit sekali mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangku yaitu Sosiologi. Halaman facebook sudah kubuka hampir sepuluh kali mungkin, karena saking jenuhnya tidak ada aktifitas yang aku bisa lakukan. Hari ini pun aku mandi cukup siang sekitar pukul 10 pagi. Setelah mandi aku pergi ke kamar dan menyalakan TV. Sebenarnya aku kurang begitu suka menonton acara TV, tetapi karena bingung mau melakukan aktifitas apa ya sudahlah. Acara TV hanya aku ganti-ganti saja tanpa fokus melihat satu acara TV, sepuluh menit kemudian aku matikan TV, karena rasa jenuh tetap tidak terhindarkan. Kuputuskan untuk ke luar kamar dan melihat aktifitas Ibu di ruang TV. Kulihat ibu sedang duduk tenang menyaksikan TV. Begitu beliau melihatku beliau berkata “Mau kerja bakti ta Ndik?” kujawab dengan muka masam “tidak bu”, kuambil botol minum dari lemari pendingin, kuminum tidak sampai habis dan kuletakan kembali ke dalam kulkas. Aku kembali ke dalam kamar, sebenarnya tadi selain aku ingin melihat Ibu, aku juga ingin melaksanakan Ibadah sholat Dzuhur karena saat itu sudah pukul 12 siang, tapi karena ibu menanyakan apakah aku ingin kerja bakti maka moodku langsung berubah dan urung melaksanakan niat tersebut. pertanyaan Ibu tersebut seolah ingin menyindir aku bahwa aku ini anak yang kurang bersosialisasi dengan tetangga. Hal tersebut memang benar dan aku akui. Aku terkadang merasa bahwa diriku ini orang yang aneh, karena memiliki kepribadian ganda. Disaat tertentu aku sangat introvert tapi disaat lain aku bisa menjadi ekstrovert. Keanehan inilah yang terkadang mengganggu hubunganku dengan lingkungan sekitar. Dan keanehan ini juga membuatku merasa malu menyandang gelar sebagai sarjana Sosiologi yang harusnya bisa sepenuhnya menjadi seorang yang ekstrovert.
Kembali dengan aktifitasku yang tadi kujelaskan bahwa aku memutuskan kembali ke kamar. Pada saat inilah pergumulanku dengan pikiran kembali mengusiku. Terngiang dalam pikiranku tentang apa yang sudah kualami dalam hidup. seolah aku belum memiliki identitas yang pasti melalui kemampuan pasti yang kumiliki. Aku sangat iri dengan teman-temanku yang sudah banyak mendapatkan pencapaian. Teman-temanku seolah memiliki bakat khusus di setiap dirinya. Ada yang berbakat bermain musik, olahraga, faham dengan politik sehingga terjun sebagai aktifis dan masih banyak lagi. Aku sering membandingkan teman-temanku itu dengan diriku sendiri. Aku merasa tidak memiliki bakat khusus, aku bertanya kepada diri sendiri “apa yang aku bisa?” musik tidak, olah raga aku hindari, pemahaman politik setengah-setengah, menulis juga masih berantakan (lihat saja tulisan ini). Aku merasa seolah aku tidak berguna. Bahkan pikiran untuk bunuh diri sering terbersit dalam benak. Untuk apa manusia seperti aku ini hidup, yang aktifitasnya hanya bisa menghabiskan uang orangtua untuk membeli sebungkus rok*k dua hari sekali, menghabiskan sumber daya air untuk kebutuhan mandi, buang air dan menyeduh kopi dan masih banyak lagi. Dan perasaan bahwa aku ini orang yang tidak berguna adalah aku tidak bisa memenuhi ekspektasi Ibuku. Lihat saja tingkahku yang tidak mau mengikuti kerja bakti sehingga Ibu menjadi malu dengan tetangga sekitar, lihat saja perilakuku yang terkadang sering menolak bahkan membentak ketika ibu menyuruh sesuatu, dan lihatlah aku yang sampai saat ini masih belum bisa memberikan hasil keringatku karena sampai sekarang aku masih belum mendapat pekerjaan.
Semua permasalahan tentang rasa tidak bergunanya diriku ini, seolah pertanda bahwa aku memang sedang mengalami krisis identitas. Mau jadi apakah aku ini kelak, mengingat bakat khusus pun aku masih belum bisa temukan dalam diriku? Inilah pertanyaan besar yang selalu menggelayut dalam pikiran dan merusak suasana tenang ditengah aku menyeruput kopi dan menghisap rok*k. Apakah aku memang harus bunuh diri? Agar orang seperti aku ini tidak membikin dunia semakin sumpek dan sesak?

Bos Galak dan Rujak Cair

“Ya Allah, sesungguhnya ini adalah siang-Mu yang telah menjelang dan Malam-Mu yang telah berlalu serta suara-suara penyeru-Mu. Maka Ampunilah aku.” Pagi ini telah kuselesaikan zikir Al-matsurat selepas shalat subuh di Mushollah depan rumahku. Hanya aku dan Pak Haji Thamrin, seorang sesepuh sekaligus pemuka agama di komplek Mahoni, tempat tinggalku.
Sebelumnya terbayang rasa amat sangat frustasi perihal kejadian kemarin di tempat kerja. Ocehan dari bossku yang menganggap karyawan di divisiku yang selalu santai disaat jam kerja. Menurutnya penjualan lewat website yang kami kelola mengalami stagnansi bahkan penurunan penjualan pemesanan online. Padahal pekerjaan mengelola dan mengoptimalisasikan website tidak seinstan pedagang keliling yang menyeduhkan kopi untuk pengunjung Panggung seni di Taman Ismail Marzuki.
“Kalau tim kalian seperti ini terus, siap-siap saja kalian buat acara Farewell Party!” Ujar boss kami dengan mata yang tajam dan suara yang berat.
“Hmm, si boss ini lagi dateng bulan kali ya. Kerja kita kan emang santai, apa kita harus duduk depan komputer, desain gambar produk sambil angkat barang dari gudang ke mobil pick up. Kerja keras nggak gitu juga kali” Keluh Rendi web design di tim kami
“Udah lah Rend, nggak usah banyak ngeluh. Lagian emang lu nya juga kan yang kerjanya lama. Desain gambar sambil pasang headset di kuping. Gimana mau fokus coba” balas Fitri, seorang content writer yang satu tim dengan kami.
“Brakkkkk” Suara gebrakan meja Rendi seketika mengagetkan kami.
“Eh, neng. Lu pikir karena gue sambil dengerin musik, kerjaan gue jadi nggak bener? Tiap orang punya cara sendiri buat fokus” Tegas Rendi dengan muka yang mulai memerah.
“Yaudahlah, nggak usah narik urat segala kali. Biasa aja kalau ngomong. Ini juga bukan buat lu doang, tapi buat Fikar, Gue sama Deny” Balas Fitri dengan nada setengah tegas.
Suasana saat itu benar-benar kaku dan dingin. Percakapan tadi merupakan percakapan terakhir sore itu, satu jam menjelang pulang. Kami melakukan kesibukan masing-masing. Fitri sibuk melanjutkan artikel website, sambil sesekali asik membaca Sinopsis film yang akan tayang di bioskop. Rendi asik menonton Anime Streaming dengan Earphone dan kurasa dia sudah jenuh untuk melanjutkan editan gambarnya sedangkan Aku yang sibuk melihat beberapa chat dari grup whatssap yang masuk di Handphoneku, sambil sesekali mengontrol website perusahaan. Meja Fikar Kosong, karena dia ambil cuti satu hari untuk mengurusi resepsi pernikahannya.
Pagi ini aku merasa beda, mungkin karena energi dari shalat subuh berjamaah dan zikir pagi tadi. Ternyata kajian dari ustdz Bachtiar Natsir yang aku tonton dari YouTube semalam mengubah persepsi hidupku hari ini. Beruntunglah aku melampiaskan kejenuhan dan frustasi yang kualami dengan cara yang tepat. Pikiran bahwa besok pasti lebih buruk dari hari ini telah sirna oleh aktivitas awal pagi yang menyegarkan. Seperti butiran embun yang melapisi jok motor yang membersihkan seluruh debu sisa kemarin.
Terbesit suatu ide untuk melengkapi indahnya hari ini. Setelah bersiap, kutancapkan gas motor matic ku menuju pasar kaget untuk sekedar membeli Sekantong penuh Rujak kemudian menuju kantor.
“Ini dia nih, calon pengantin baru. Gimana persiapan resepsinya?” Tanyaku heboh kepada Fikar.
“Alhamdulillah Den, lancar. Tinggal nunggu hari H-nya nih minggu lusa”
Aku melihat Rendy dan Fitry masih sibuk dengan komputernya masing-masing. Masih terdiam fokus.
“Eh kebetulan gua bawa rujak nih, ayo dicicipin. Seger-seger nih buahnya, langsung diambil dari kebonnya” Canda ku
“Waah, ini sih kesukaan gue. Kenapa nggak tiap hari aja sih, Den bawa beginian” Celoteh Fitri dengan suara cemprengnya.
“Rend, ayo gabung bukannya lu rujak lover, ya?” bujuk Fitri dengan nada sedikit meledek
“Kalau Ini sih gue nggak nolak, fit. Gue nggak rela kalau ini habis cuman sama lu doang.” Ujar Rendi dengan senyum nyinyir nya
“Plakk” “Eh, ini bagian gua. Maen sikat aja” teriak Fitri karena kesal, buah yang sudah dipegang fitri dimakan Rendi.
“Hahaha, udah dikasih rujak masih aja kalian pada ribut” Tawa ku menggelegar. Suasana jadi cair kembali.

Sosok

“Sekali lagi makasih ya salepnya, sebenernya gak apa-apa sih gak pake itu juga.” ujarnya sambil menunjukkan deretan gigi bersihnya.
“Siang mbak, tumben banget keliatan, sibuk banget pasti!”
Pak satpam dengan tulisan Hermawan terbordir di salah satu saku kemeja kerjanya menyapaku siang itu. orangnya ramah, dan akan selalu seperti itu. Lihat saja, sapaan hangatnya ngalahin terik matahari yang lagi ganas-ganasnya. Sapaan itu aku timpali singkat saja, “iya nih pak!”. Lantas disepersekian detik berikutnya aku masuk ke ruang resepsionis semacam tempat untuk registrasi. Aku membuka pintu yang bertuliskan OPEN. Suasana dingin dari pendingin ruangan mampu mengusir gerah karena udara hangat di luar tadi. Menyadari ada yang membuka pintu, seorang perempuan muda yang tak terlalu tinggi dengan batik biru tua bermotif mega mendung berdiri dari balik meja counter. Wajahnya sumringah, seakan lupa kalau di luar sana sebagian orang sedang berusaha menyelamatkan kulitnya dari jilatan matahari yang menggila. “Wah, mbak udah lama banget gak maen kesini.” Ujarnya sembari menyodorkan buku pengunjung. “iya nih, kuliahnya dari pagi ampe sore mulu, baru bisa kesini sekarang deh!” kelakarku sambil menuliskan nama dan membubuhi tanda tangan. Seolah tahu apa yang ada di kepalaku, perempuan muda tadi mengeluarkan cok roll yang memang biasa kupesan. “Pasti mau maen di luar, nih!”. “Mbak tau aja, makasih ya!” ujarku dan bergegas untuk meninggalkan meja counter itu. sebelum benar-benar pergi perempuan muda itu kembali berujar, “Mbak, sekarang ada yang sering duduk di kursi favoritnya mbak lho!”. “Oh ya! Moga aja orangnya gak rese!” timpalku sebelum akhirnya menutup pintu ruangan yang tak terlalu luas itu.
Tempat tongkrongaku ini adalah kantor arsip daerah, yang jelas aku cuma tahu kalau tempat ini free wifi. Lokasinya tidak terlalu luas, dengan bangunan kantor yang mirip seperti bangunan rumah dan halaman samping yang dipenuhi dengan meja dan kursi-kursi yang terbuat dari kayu. Peneduh yang mirip payung raksasa, mengembang tegak di atas meja. Tempat ini memang tidak terlalu ramai kalau siang begini. Tapi kalau ada acara, semacam acara rapat organisasi baru deh meja-mejanya pada penuh bahkan pernah juga aku terpaksa pulang karena tak kebagian tempat. Padahal aku lagi ngebet mau download anime lho itu. Suck, men!
Di pojok kiri halaman ini ada kantin kecil. Sayangnya aku gak begitu akrab sama penjaga kantinya, orangnya cuek gitu mukanya, bawaan dari orok kali ya.. Nah, baru deh tempat duduk favoritku yang dimaksud mbak-mbak cantik penjaga counter tadi berada tepat menghadap kantin. Satu-satunya meja yang deket dengan colokan listrik. Makanya jadi favorit banget!
Dan sekarang dengan perasaan gamang aku berjalan menyusuri jalan setapak paving block menuju tempat favoritku. Siapa ya yang dimaksud mbak itu? Siapa ya? Siapa? Si-a-pa? batinku. And you know what… benar, seseorang dengan punggung lebar berbalut kaos kerah warna abu-abu tengah nyantai, terliihat dari headphone yang membando di kepalanya. Ah, lelaki!
Dengan perasaan ragu, aku mendekat dan meminta duduk di kursi yang menghadapnya. “Mm… sorry boleh duduk di sini gak?” tanyaku harap-harap cemas. Responnya cukup kurang ajar, hanya menaikkan alis dan mengedikkan bahu yang berarti ‘terserah, apa peduliku!’. Oh, tidak sopan! Setidaknya, sebagai orang Indonesia -yang memegang teguh budaya ketimuran- mempersilakan dengan halus. “o.. ya mbak, silakan!” seenggaknya gitu kek! Tapi sayang, tidak untuk lelaki yang satu ini. Sikap cueknya justeru berbanding terbalik dengan wajahnya yang teduh dan manik hitam kelamnya itu. sayang sekali!
Aku menatapnya jengah. Setelah memastikan colokan cok roll terpasang, aku mengeluarkan laptop yang lebih tepatnya komputer karena gak akan bisa nyala tanpa di cas. Indicator charging dan tombol power menyala. Beberapa kejap kemudian aku sudah berselancar di dunia maya. Membuka salah satu situs download anime subtitle Indonesia. Sembari menunggu downloadan aku membuka artikel di salah satu situs berita online. Banyak kasus kriminal yang menghiasi lini masanya. Mulai dari pembunuhan karena selingkuh, karena hutang, karena dendam, hingga hal sepele yakni pembacokan karena terus ditagih uang kontrakan. Yap, kasus kriminal seperti ini udah kayak ibu-ibu lahiran. tiap hari ada aja… makanya ini sering dijadikan komoditi dalam pemberitaan. Tak jarang juga dijadikan pengalihan perhatian publik terhadap kasus yang lebih bedebah dari pada itu. Korupsi, misalnya! Tapi, disuguhi berita kayak begitu aku jadi berpikiran kalau orang-orang Indonesia pada labil. Terlalu cepat tersulut emosi. (Yang) katanya Indonesia itu orangnya ramah-ramah dan saling menghargai. Tapi, ya kenyataannya justru membuat geleng-geleng kepala.
Bosan dengan berita online, aku beralih pada tas ransel yang kutaruh di sisi bawah meja. Kuaduk sebentar mencoba mencari sebuah buku yang baru beberapa halaman kubaca. KELUARGA TAK KASAT MATA, judul buku berwarna putih dengan cover yang begitu menegaskan kalau buku ini bergenre horror. Sekilas dari ujung ekor mata, aku melihat lelaki (norak) yang duduk di hadapanku melirik buku dalam genggamanku. Dengan menyandarkan punggung pada kursi dan mencoba menikmati bacaanku sembari menunggu dwnloadan. Tak lama, lelaki dan seorang perempuan berkerudung yang duduk di seberang berdiri menghampiri mejaku. “Ki, aku duluan ya! Gak apa-apa kan kamu sen..di..ri..” tukas lelaki yang tiba-tiba melirikku. What? Sendiri? Jadi aku yang segede kuda nil ini gak keliatan dari tadi? mustahil! Kalimatnya menurun dan pelan diakhir, ya mungkin saja dia baru sadar kalau ada perempuan berkerudung (manis) sedang duduk kalem di sini, so itu artinya di sini tidak ada yang sedang sendirian! “Hmmm…” jawab lelaki menyebalkan itu. Gila.. dia begitu dinginnya, bedebah!
Suasana menjadi sepi setelah kepergian dua orang (yang mungkin pasangan) tadi. hanya terdengar suara kendaraan yang berlalu lalang di jalanan sana. ‘Tap…’ aku menutup buku dan beralih pada layar laptopku. Beberapa anime berhasil aku donlot, yess! Dan ketika mendongak, aku tak melihat si dingin itu lagi, ah maksudku lelaki rese’ itu. Apa dia sudah pulang? Tapi laptopnya masih nangkring di depan. Apa peduliku?! Tak lama, suara derap langkah mendekat dari belakang. Dan yang terjadi,
“Owh… Syiddhh!!” (umpatan yang sengaja kutulis bukan tulisan aslinya).
Bukan aku, tapi dari mulut lelaki rese’ itu. Ternyata tersandung, mampus! Batinku. Tapi tunggu, dia tersandung…
Tas ranselku!!
Iya, dia tersanung tas ranselku dan ini akan menjadi sesuatu yang buruk. Oh god, help! Dua tangannya penuh dengan mangkuk mie kuah yang asapnya masih mengepul dan segelas penuh es jeruk. Karena tersandung, entah bagaimana (bodohnya dia) kuah panas mie tadi rupanya tumpah dan mengenai kulit tangannya serta meninggalkan sebagian kecil noda di bajunya. Kurasa itu menyakitkan sekali. Aku segera mengambil tisu, dan menyodorkannya. “Nih pake ini.” Tanpa babibu ia menerima dan mengelap tangan kirinya yang terkena kuah mie. Area lukanya memerah dan cukup luas. Fix, aku merasa bersalah. Kemudian aku menawarkannya salep Hidrokortison, entah ampuh atau tidak karena ini sebenarnya salep untuk kulit yang terbakar matahari. Dengan dahi berkerut ragu, dia menatapku seolah bertanya ‘apa kau yakin?’ . Aku mengangguk mantap “Iya, pake aja. Biar gak merah.” Setelahnya dia sibuk mengoles salep.
Aku memerhatikannya. Sambil ragu-ragu hendak meminta maaf karena dia tersandung tas ranselku dan jadilah luka di tangannya itu. “M..m.. maaf ya, tas.. mm.. tas.. mm.. kamu kesandung jadinya!” ujarku belepotan. Responnya kembali dingin dengan hanya mengedikkan bahu dan kembali mengoles salep. Apa dia bisu? Sampai komunikasi saja hanya menggunakan isyarat begitu. Tapi tadi, bibirnya malah ringan banget mengumpat. Dingin, dan menyebalkan!
Beberapa menit setelahnya, dia menyesap es jeruknya. “Ekhemmm..” dia berdehem dan kalimat berikutnya, “Well, makasih ya. Salepnya dingin.” Tunggu dulu. Mendengar suara selembut itu, alih-alih aku mendengus dari tadi kek! Aku malah mengingat seseorang yang beberapa tahun belakangan berusaha aku lupakan. Ah, aku gagal move on lagi hanya karena suaranya yang mirip. “Ya iyalah dingin, itu salep buat kulit yang kebakar matahari.” Dia mengangguk.
Aku kembali fokus pada layar laptopku, beberapa anime lagi akan berhasil terdownload. Tak lama, terdengar suara seruputan ‘Slruuupp..’ nampaknya ia sudah mulai menikmati mie kuahnya. “Kamu suka baca buku horror begitu?” ujarnya tetiba. “Apa salahnya? Selama ceritanya menarik.” Timpalku. “Percaya gak percaya, aku pernah baca thread-thread si pengarang di forum pecinta horror kaskus. Cerita di buku ini juga. Cuman ya gak selengkap di bukunya…” kalimatku berhenti ketika menyadari mbak penjaga counter resepsionis tersenyum ke arahku. Melihatnya melangkah menuju kantin belakang, kusapa saja. “ke kantin mbak?”. “Iya nih, laper!” jawabnya sambil mengelus perutnya yang rata.
“Kamu akrab sama mbak resepsionis itu?” Tanya lelaki di hadapanku. “Iya, aku emang sering maen kesini. Lumayan banyak yang aku kenal.” Jawabku sekenanya.
“Aku gak pernah liat kamu. Aku juga lumayan sering maen disini.”
“Kamu mungkin seringnya di dalem, kalo aku biasanya maen di luar begini. Dan itu sebenernya tempat favorit aku.” Balasku panjang lebar sambil menunjuk kursi yang didudukinya.
“Oh.. maaf.” Sesalnya sambil menyantap kembali mie kuah berminyaknya itu.
“Eh, lanjutin dong cerita thread-thread itu!” ujarnya sesaat kemudian. Baiklah, nampaknya ada yang mulai tertarik dengan obrolan ini. Oke dengarkan baik-baik, bung!
“Jadi, buku ini tu based on true storynya si pengarang. Beberapa bulan yang lalu thread-threadnya di kaskus tentang pengalaman serunya hidup bareng hantu. Banyak banget viewersnya, tau.”
“Ya kalo udah tau ceritanya ngapain kamu beli bukunya?” nyinyirnya.
“Di kaskus gak semuanya dia posting, malah gak sampe selese. Sampe aku penasaran, saking penasarannya aku ngirim email minta cerita dilanjutin.”
“terus? Slruupp..” tanyanya sambil menyeruput mienya.
“Katanya lagi naik cetak. Dia malah nawarin mau PO bukunya apa enggak.”
“O, ya.. kamu gak pesen makan?” tawarnya, mungkin gak enak liat aku yang gak ngemil apapun. Aku cuman geleng-geleng. Fokusku sedang pada laptopku yang ternyata salah satu downloadanku failed.
“Emang ceritanya kayak gimana?”
Pertanyaan itu, membuatku heran, bukannya dia tadi cuek banget ya. Tidak pedulian gitu. Satelah bergumul dengan perasaan heran alam benakku, aku mengehela napas panjang sebelum akhirnya (meyakinkan diri) bercerita panjang lebar tentang Genta dan pengalaman horornya itu. Ceritaku beberapa kali ditimpalinya, “masa sih?” atau “oh ya!” dan “ngeri juga!”
Hingga mie dan es jeruknya tandas, lelaki ini menyimak ceritaku antusias. Entah mungkin pengalihan jenuh menunggu downloadannya dia atau gimana, aku gak peduli. Lantas Adzan Ashar terdengar di telinga, matahari juga sudah mulai meredup tak garang lagi. Seperti aku dan lelaki ini, obrolan kami mulai akrab. Oke aku setuju kalau dia adalah pendengar yang baik. Sedari awal aku cerita dia tetap konsentrasi, ini kelihatan dari sorot matanya yang penuh rasa ingin tahu. Aku tersenyum dalam hati, lelaki ini ternyata tidak seburuk seperti ekspektasiku sebelumnya.
“Mbak, boleh geser kesini cok rollnya, saya mau nyolokin juga.” Nah ini. Karena saking hangatnya obrolan kami, sampai aku tidak tersadar bahwa di sebelah dan di seberang meja kami mulai terisi banyak orang.
Tunggu.. kami? K.A.M.I?
Ya aku menganggap obrolan hangat ini perwujudan bahwa sekarang kami berteman. Setidaknya obrolan ini tidak menggunakan isyarat lagi. Gak kebayang bagaimana kerja kerasnya otakku menerjemahkan semua gesturnya. Kadang, apa yang ditampilkan oleh seseorang bukanlah pribadi sejatinya. Ya contohnya lelaki; teman baruku ini, pertama bertemu dia menyuguhkan sikap yang dingin sebagai penegasan bahwa dia sosok yang waspada, tidak biasa akrab dengan orang baru dikenalnya. Nyatanya, setelah serentetan perhatian-perhatian kecil tadi, dan setelah meyakinkan hatinya bahwa seseorang yang membantunya tadi orang yang baik, barulah dinding esnya itu meluluh. Gak cuman dia, kadang kita juga begitu. Terutama aku, kalau bertemu orang baru selalu menampilkan sikap tenang dan tidak banyak omong. Padahal pada kenyataannya aku orang yang ekspresif, cerewet, kalo marah suka meletup-letup, panikan dan banyak hal-hal absurd lainnya.
Kadang kita perlu jaga image. Supaya orang gak langsung ilang feeling ngeliat kelakuan asli kita yang mungkin gak bisa diterima oleh orang yang baru kita kenal itu. ya, kan namanya mau memberikan kesan pertama. Jaim dikit gak apa-apa lah! Tapi jangan lebay sampai ngerubah aslinya kamu. Inget, cuman buat kesan pertama aja, kalo udah akrab saling toyor-toyoran itu mah lain cerita. Hahaha
Setelah ceritaku selesai walau tak benar-benar tuntas dan setelah downloadanku selesai aku merapikan laptop dan tas ranselku. Sebelum aku benar-benar pergi dan menghilang dari pelupuk matanya, dia mengucapkan terimakasih kembali, “Sekali lagi makasih ya salepnya, sebenernya gak apa-apa sih gak pake itu juga.” ujarnya sambil menunjukkan deretan gigi bersihnya. Aku mengangguk mengiyakan. Lantas kemudian melangkahkan kakiku menjauh, meninggalkan dia di meja itu bersama obrolan hangat yang kini menguap. Entah nantinya dia akan mengenang perkenalan ini di bola memori otaknya. Atau memutuskan untuk tidak peduli dan melupakannya. Tapi aku? Justru aku memutuskan akan mengabadikannya.
Dan dalam perjalanan pulang aku baru sadar bahwa aku tidak sempat tau siapa namanya, kuliah dimana, jurusan apa. “Ki”, entah apakan nama sesungguhnya adalah eki, kiki, rizki, uki, oki, aki, atau koki entah apapun namanya yang sebenarnya aku tidak peduli, tidak penting bagiku untuk tau. Karena yang terpenting adalah aku bisa tau bahwa hari ini Tuhan telah mengajarkan bahwa tidak semua orang yang terlihat oleh netra adalah mereka yang sesungguhnya.

TIPS MEMBANGUN DIRI MENJADI ORANG BIJAK

Kebiijaksanaan adalah hal yang harus kita miliki bila kita menjadi orang yang sukses dan berwibawa,orang bijak tidak selalu harus orang kayak karena orang kaya belum tentu bijak pastinya itulah logikanya.

Orang bijak adalah orang yang bisa MENERIMA,MENJALANI dan MEMULIAKAN hidup,namun sekarang yang menjadi pertanyaannya bagaimana membangun diri menjadi orang yang bijaksana..??nah lewat tips-tips dibawah ini mungkin bisa membantu sobat untuk membagun diri yang bijaksana.

Berikut Tips Membangun Diri Menjadi Orang Bijak

1. Tidak Emosional

hal itu berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi bijaksana dan hanya dapat menjadi bijak dengan pertolongan Allah dan kegigihan usaha untuk berubah, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.

2. Tidak egois

orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah selalu hidup dalam pengorbanan, begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh orang-orang yang berjuang penuh pengorbanan. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

3. Suka cinta dan rindu pada nasihat

akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi orang yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa memimpin dengan baik.

4. Memiliki kasih sayang terhadap sesama

Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.

5. Selalu berupaya membangun

Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Orang yang bijak akan membangkitkan semangat orang yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Orang yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebathilan. Semangat orang yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang lain disekitarnya.

Jadi yang dibutuhkan pada seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam.

Pemimpin yang bijak tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan dan tidak mengharapkan apapun dari yang telah di lakukan, adalah tidak akan bisa bijak jika kita mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya mengharapkan sesuatu dari yang kita kerjakan.

prasangka ,diskriminasi dan integrasi masyarakat

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Pemurah,  karena berkat kemurahanNya makalah ini bisa dapat saya selesaikan. Makalah ini disusun agar kita selagi manusia dapat memperluas wawasan kita tentang Ilmu Sosial Dasar. Khususnya tentang pembahasan " Makalah prasangka ,diskriminasi dan integrasi masyarakat ?".
Makalah ini dibuat dalam rangka pembelajaran mata kuliah Ilmu sosial Dasar (softskil). Pemahaman tentang manusia dan hal – hal yang berkaitan dengannya sangat diperlukan, dengan suatu harapan suatu masalah dapat di bagi dua jenis yaitu diselesaikan dan dihindari, dan sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.
Saya selaku Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Herry Sussanto selaku Dosen Ilmu Sosial Dasar, Universitas Gunadarma.
Makalah ini,  tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu arahan, koreksi dan saran, sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Terima kasih.
Depok, 16 January 2017


Nur Cahyo N
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap ada masalah pasti ada sikap untuk memecahkanya. Itulah kata-kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Tetapi kadang kita tidak mengetahu apa sebenarnya sikap itu, dan bagai mana kita mengambil sikap dalam setiap permasalahan. Begitu juga dengan prasangka. Kadang kita kurang memahami apa yang di maksud dari prasangka itu sendiri. Bahkan kita mengartikan prasangka itu identik dengan hal-hal yang negativ atau hal jelek saja, padahal sebenarnya tidak demikian. Maka dari itu dalam makalah ini kami mau mencoba membahas tentang sikap dan prasangka, untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pembentukan sikap dan prasangka?
2.      Apa itu pengertian prasangka, diskriminasi, dan integrasi dalam masyarakat?
3.      Apa saja hal hal yang bisa mempengaruhi perubahan sikap?
4.      Apa saja sebab-sebab terjadinya prasangka?
5.      Bagaimana cara mengurangi dan mengatasi prasangka?
6.      Bagaimana cara menghilangkan prasangka?


BAB II
PEMBAHASAN

PRASANGKA. DISKRIMINASI, DAN INTEGRASI MASYARAKAT

A.    Sikap dan Prasangka
Prasangka merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan pandangan) untuk berespon (positif/ negatif) terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Kaena dalam sikap terdapat suatu kecenderungan berespons, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya diketahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukannya bila bertemu dengan objeknya.
1. Pembentukan sikap
Sikap merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu yang mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju atautidak setuju karena adanya stimulus dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Sikap terbentuk karena beberapa hal diantaranya adalah;
a.        Terbentuk karena factor genetic
Terbentuknya sikap antara individu yang satu dengan yang lain pasti berbeda-beda, ini di sebabkan karena factor genetic dan pola hidup yang berbeda-beda pula.
b.      Terbentuk karena adanya pengelaman.
Kerena sikap yang berasal dari pengalaman sehingga sikap di upayakan dengan cara pendidikan , pelatihan, dan sebagainya.
c.      Terbentuknya karena norma-norma yang telah di hayati sebelumnya.
d.   Terbentuknya karena meniru sikap di pihak lain yang pernah di ketahuinya.
e.   Karena adanya interaksi dengan obyek tertentu baik interaksi dalam kelompok maupum dari luar.
2. Fungsi sikap
a. Fungsi instrumental
Dikatakan demikian karena sikap yang kita pegang mempunyai alas an untuk mendapatkan suatu manfaat yang semata-mata mengekspresikan keinginan kita untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
b. Fungsi nilai ekspresif
Sikap yang mengspresikan atas mencerminkan konsep diri kita terhadap suatu obyek tertentu.
c. Fungsi perubahan ego
Sikap yang berfungsi melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagai harga diri kita.
d. Fungsi penyesuaian social
Dengan sikap tertentu kita dapat menjadi anggota dari suatu komunitas tertentu.
3. Pembentukan Prasangka
Seorang individu atau kelompak yang mempunyai prasangka terhadap individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi propaganda.
Terbentuknya prasangka itu sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang bukan di bawa sejak lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.
Selain itu hal yang dapat mempengarui terbentuknya prasangka pada seseorang adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan antar kelompok/ perbedaan antar ras atau etnis.
Prasaangka yang bersumber dari perbedaan etnis dapat di temukan pada masarakat heterogen. Yang mempunyai latar kebudayaan yang berbeda-beda. Sedangkan yang ber sumber dari perbedaan ras dapat di temukan dalam masyarakat yang multirasial seperti amerika dan negara-negara eropa lainya.
b. Perbedaan idiologi
Ini terjadi pada masarakat di Negara yang memiliki idiologi yang kuat terhadap idiologi lain yang menjadi lawanya.
c. Perbedaan yang bersumber dari kejadian historis.
Contohnya:prasangka terhadap orang yang berkulit putih terhadap negro di amerika serikat. Yang berkar dari sejarah pebudakan orang-orang negro pada 300san tahun yang lalu. Walupun sekarang orang-orang negro sudah bangkit tetapi tetap saja orang-orang berkulit putih menganggap orangt negro sebagai manusua pemalas,bvodoh dll.
d. Kesenjangan social kelompok mayoritas tehadap kelompok minoritas.
4.      Hal hal yang mempengaruhi perubahan sikap
1. Karateristik sistem sikap
a. Sikap extreme
Yaitu sikap yang sulit diubah baik dalam perubahan yag kongruen maupun yang inkongruen. Perubahan kongruen adalah perubahan yang searah yakni bertambahnya drajat kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula. Sedangkan perubahan inkongruen adalah perubahan sikap kearah yang berlawanan. Yang semula positif menjadi negative dan sebagainya.
b. Multifleksitas
Yaitu suatu sikap yang mudah diubah secara kongruen tetapi sulit diubah secara inkongruen atau sebaliknya
c. Konsistensi
Yaitu sikap yang stabil karena adanya komponen yang saling mendukung. Sikap ini mudah dirubah secara kongruen, sedangkan sikap yang tidak stabil lebih mudah diubah secara inkongruen.
d. Interconnectedness
Yaitu keterikatan suatu sikap dengan sikap lain yang saling berhubungan. Contohnya ketaaatan seseorang terhadap agama yang dianutnya dikaitkan dengan kencintaan yang begitu mendalam kepada orang tuanya yang telah meninggal karena agama yang sama. Sikap ini sulit diubah scara inkongruen.
2. Kepribadian individu
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek aspek kepribadian. Adapun aspek aspek kepribadian tersebut adalah:
a. Intelegensi
Tingkat pemahaman seseorang dalam memahami suatu informasi sangat mempengaruhi sikapnya.
b. General persuasibility
Adalah kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh social tanpa memandang komunikatornya, topic, media, dan komunikasinya.
c. Self defensiveness
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikapnya demi mempertahankan hargadirinya.
3. Afisiliasi kelompok
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok terhadap dirinya. Seseorang yang telah memegang teguh norma kelompoknya akan sulit diubah sikapnya secara inkongkruen tetapi lebih mudah dirubah secara kongruen dengan cara diberi arahan dan pengetahuan atau pengalaman oleh kelompoknya
5.      Komponen Sikap
a.       Komponen kognitif: proses evaluatif (membandingkan, menganalisis,mendayagunakan pengetahuan yang ada untuk memberikan sesuaturangsang) perubahan pada ranah ini akan mempengeruhi sikap
b.      Komponen Afektif: perasaan senang, tidak senang dan perasaanemosional lain sebagai akibat dari proses evaluatif yang dilakukan
c.       Komponen Perilaku: sikap selalu diikuti dengan kecenderungan untukberpoila perilaku tertentu (disonansi sikap: ketidakcocokan perilaku seseorang dengan sikapnya


B.     Kategorisasi dan Stereotipe
Kategorisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan jalan mengelompokkan benda ke dalam kelompok tertentu. Kategorisasi pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral; artinya, menetapkan benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai. Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung melalui proses pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau gambaran negative akan melekat atau menetap pada orang tersebut.  
Stereotipe adalah tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang unik.
Contoh stereotip :
Ø Laki-laki berpikir logis
Ø Wanita bersikap mental
Ø Orang berkaca mata minus jenius
Ø Orang batak kasar
Ø Orang padang pelit
Ø Orang jawa halus-pembawaan
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya stereotip antara lain:
1.      Sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori : kita dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka sebagai homogen.
2.      Stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita.
Stereotip dapat membuat informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik. Atau misal stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar selalu berusaha menghindari komunikasi dengan orang batak sehingga komunikasi dengan orang batak tidak dapat berlangsung lancar dan efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal. Contohnya, di Amerika bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu tempat/ruang dengan orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas atau barang mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang pencuri. Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai berkurang terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai orang-orang ’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.

C.    Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka adalah pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang karena kurangnya pengetahuan, pengertian, dan fakta kehidupan yang menunjukkan pada sikap ketidakadilan.
Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama

D.    Sebab-sebab Terjadinya Prasangka
Prasangka merupakan salah satu fenomena yang hanya bisa ditemui dalam kehidupan sosial. Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak sosial antara berbagai individu di dalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka bila tidak pernah mengalami kontak sosial dengan individu lain. Akan tetapi prasangka tidak semata-mata dimunculkan oleh faktor sosial. Faktor kepribadian turut berperan dalam menciptakan apakah seseorang mudah berprasangka atau tidak. Walaupun faktor sosial sangat menunjang untuk menciptakan prasangka, belum tentu seseorang akan berprasangka karena masih tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki, apakah ia memiliki tipe kepribadian berkecenderungan berprasangka atau tidak. Lalu manakah yang lebih penting faktor sosial atau faktor kepribadian dalam menciptakan prasangka? Jawabannya bisa keduanya sama penting atau bisa salah satu lebih penting. Apabila tekanan dalam melihat prasangka adalah konteks sosialnya, tentu saja faktor sosial merupakan faktor terpenting. Sedangkan bila konteks individu yang ditekankan, maka faktor individual bisa jadi dinilai lebih penting.
Ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka, yaitu sebagai berikut.
a.       Pendekatan Historis
Didasarkan atas teori Pertentangan Kelas yaitu menyalahkan kelas rendah yang imperior, dimana mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah).
b.      Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
Meliputi mobilitas sosial, konflik antar kelompok, stigma perkantoran dan sosialisasi.
c.       Pendekatan Kepribadian
Teori ini menekankan kepada faktor kepriadian sebagai penyebab prasangka (Teori Frustasi Agresi).
d.      Pendekatan Fenomenologis
Ditekankan bagaimana individu memandang/mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
e.       Pendekatan Naïve
Menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.

E.     Mengatasi dan Mengurangi Prasangka
Usaha untuk mengatasi dan mengurangi prasangka yaitu sebagai berikut:
1.      Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2.      Melalui pendidikan anak
3.      Mengadakan kontak di antara dua kelompok yang berprasangka
4.      Permainan peran
5.      Perluasan kesempatan belajar
6.      Sikap terbuka dan sikap lapang
7.      Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatic.
8.      Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda:
i)           contact hypothesispandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu.
ii)         extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompokout-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
9.      Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari in-group.
10.  Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
11.  Pengaruh social untuk mengurangi prasangka.

F.     Prasangka dan Integrasi Masyarakat
Integrasi adalah kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.
Bentuk-bentuk  akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka, meliputi empat dasar sistem, yaitu:
a.       Sistem budaya, seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 1994
b.      Sistem sosial, seperti kolektif-kolektif sosial dalam segala bidang
c.       Sistem kepribadian, terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola-pola keindonesian
d.      Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.

Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-  sikap prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu untuk mewujudkan integrasi bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme integrasi sosial dalam masyarakat senantiasa terkait dengan dua landasan berikut :

- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.

            Sehingga definisi dari integrasi sosial dalam masyarakat dapat diartikan sebagai kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan.
            Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan.

            Integrasi sosial dalam masyarakat dapat dicapai apabila unsur-unsur sosial saling berinteraksi.Selain itu norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik turut menjadi penunjang untuk mencapai integrasi sosial tersebut. Hal ini dikarenakan norma-norma sosial dan adat istiadat merupakan unsur yang mengatur perilaku dengan mengadakan tuntutan mengenai bagaimana orang harus bertingkah laku.
            Namun demikian tercapainya integrasi sosial dalam masyarakat memerlukan pengorbananm, baik pengorbanan perasaan, maupun pengrobanan materil. Dasar dari pengorbanan adalah langkah penyesuaian antara perbedaan perasaan, keinginan, ukuran dan penilaian di dalam masyarakat tersebut.  Maka dari itu norma sosial sebagai acuan bertindak dan berprilaku dalam masyarakat akan memberikan pedoman untuk seorang bagaimana bersosialisasi dalam masyarakat.
            Adapun faktor - faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi sosial dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
-Faktor interna
l: kesadaran diri sebagai makhluk sosial, tuntutan kebutuhan, dan semangat gotong royong.
-Faktor eksternal: tuntutan perkembangan zaman, persamaan kebudayaan, terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persaman visi, misi, dan tujuan, sikap toleransi, adanya kosensus nilai, dan adanya tantangan dari luar


BAB III
KESIMPULAN


Prasangka merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan pandangan) untuk berespon (positif/negatif) terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya.Seorang individu atau kelompak yang mempunyai prasangka terhadap individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi propaganda.

Sikap merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu yang mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju atau tidak setuju karena adanya stimulus dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Terbentuknya prasangka itu sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang bukan di bawa sejak lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.
Kategorisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan jalan mengelompokkan benda ke dalam kelompok tertentu. Kategorisasi pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral; artinya, menetapkan benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai. Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung melalui proses pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau gambaran negative akan melekat atau menetap pada orang tersebut.  
Stereotipe adalah tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama
Integrasi adalah kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.


DAFTAR PUSTAKA


www.edukasi.kompasiana.com
www.riyan-adiyasa.blogspot.com/2011/12/sikap-dan-prasangka.html
www.100jutasebulan.com/definisi/10346-Definisi-Stereotipe.html
www.isramrasal.wordpress.com
www.smartpsikologi.blogspot.com
www.annisaavianti.wordpress.com
www.mustainronggolawe.wordpress.com